Friday, May 25, 2007

Lonceng Hitam Raksasa Itu, Telahkah Berdentang?...



Lantunan melody penghantar mantra...

One day in the year of the fox
Came a time remembered well
When the strong young man of the rising sun
Won the tolling of the big black bell
One day in the year of the fox
When the bell began to ring (sing)
It meant the time had come for one to go
To the temple of the king...

There in the middle of people, he stands
Seeing, feeling
With just the wave of a strong right hand
He's gone to the temple of the king
Far from the circle of the edge of the world
He's hoping wondering
Seeking back from the stories he's heard
Of what he's going to see
And there in the middle of the circle it lies
Heaven, help me
But all could see by the shine in his eyes...
The answer has been found

Play the mantra?...






Lantunan mantra itu menghentak-hentak mengiringi bait demi bait pesan pesan yang tersampaikan oleh angin, yang dikirimkan dari tarian jari-jemari di atas keyboard milik seorang sahabat dan saudara yang selama ini belum pernah ditemui oleh PatanYali pada dimensi ketiga sejak dirinya terdampar di Planet Ki.

Pesan atas angin tersebut, terkirim dari jauh... Jauh sekali:

Pasir ridge, May 21 2007

Tuan Guru PatanYali

izinkan hamba menghatur duli ke tuan guru
simpuh, on my knees!
yang berjejak kaki di tanah Balkan
pun walau pena mengukir jauh
menghantar untai kata dari benak yang tercerahkan
mengarung lembut ke tepi mahakam hamba nan jumawa

lama terpekur hamba berpikir
gerangan sosok penyebar hikmah
bak angin puting beliung
menghantam tujuh penjuru
namun sejuk hangat

everyone is a teacher,
everything is a book,
everywhere is a school
bagai deja vu dalam kepak
mengibas kata memeluk makna

indah nian menjadi murid
buat semua adalah guru
thagut enyah dari aku diri
menolak ajar, menampik ilmu
beta murid, aliran ilmu bak air bah

kemaren petang hamba puas menghirup harum Kopitalisme kental
betapa diri gentar bergetar bak bersua Marx brewok yang budiman
walau bahkan tawaf seribu rotasi tak mampu kutelan renyah pikirmu
harini beta berguru pada bogeyman
pengembara berpelesir bak kutukata di rambut gimbal rastaman
besok lusa kuniatkan mendengar titah Galileo Lagaligo
darah Manurung yang menerawangkan mata bak teleskop Karaeng Pattingalloang
sekedar coba mencicip semerbak PatanYali Factors

hamba coba semua
demi diri di nadir ilmu

Rgrds
-- Rusle' --

Source: Noertika Wordpress

Thursday, April 26, 2007

Kata Sang Pemilik Cermin:...



There in the middle of the people...

˝Di Sweden ini, warna kulitmu paling gelap. Orang-orang Sweden mempunyai istilah The Bogeyman untuk Svarta mannenSvarta mannen Artinya ´orang gelap´… Daratan Eropa mengenal luas term Bogeyman untuk menggambarkan sosok menakutkan yang tidak berwujud. Mitos yang dikembangkan oleh para Pelaut Spanyol dan Perancis era Kolonial dahulu kala… Sementara kamu berasal dari tempat dimana term Bogeyman berawal… Bugis! ˝

PatanYali berfikir sejenak, mengingat-ingat salah satu kalimat yang diucapkan oleh lelaki bertattoo, ˝ Makhluk ini tak punya bayangan…˝

Ikuti kisah selanjutnya... PatanYali The Bogeyman

PatanYali: The Bogeyman



------------------------
˝ Jadi ´makhluk´ yang saya bangun dan tak punya bayangan setiap kali dia bercermin itu adalah sejenis makhluk yang bisa saya perintahkan untuk menjelajahi waktu…˝ Orang itu menjelaskan panjang lebar kepada monyet-monyet yang tentu saja kebingungan mendengar uraian tersebut.

˝Makhluk˝ (PatanYali) ini, saya terus kembangkan dalam menunggangi ´open source´, melalui berbagai permainan simbol-simbol, termasuk penulisan huruf ˝Y˝ dgn kapital, itu punya maksud yang dikaitkan kedalam pendefinisian ´manusia´ dizaman ancient Greek.˝
------------------------

Perang kehendak terjadi antara keinginan bayangan si kambing yang menginginkan PatanYali berada di Gävle, Swedia dan keinginan PatanYali sendiri untuk tetap berada di tengah hutan pegunungan Sljeme, Croatia mencari Vuk, dan selanjutnya menuju Makarska, sebuah kota Nelayan bagian Selatan Croatia.

Dengan kekuatan fikirannya, PatanYali kembali meresap kedalam deru ´angin sang waktu´, untuk secepatnya kembali ketempat semula.

Riuh rendah orang-orang yang sedang membakar patung kambing raksasa di Gävle, semakin mengecil dan akhirnya lenyap, digantikan oleh berbagai bayangan-bayangan yang susah untuk diterjemahkan kedalam memory fikirannya.

Secepat kilat, terhampar sebuah pemandangan yang gelap, angin bertiup sangat kencang, disertai gemuruh ombak yang sedang menggila di tepi sebuah pantai. Dua orang itu , seorang cowok dan cewek sedang berjuang mempertahankan hidup.

Kedua orang itu sekuat tenaga menghindari pukulan ombak agar tidak menghempaskan diri mereka ke dinding bebatuan dan menjaga jarak agar setidaknya karang-karang di bibir pantai tidak merobek-robek tubuh mereka.

˝Kita harus berenang agak ke tengah...˝ Terdengar suara si cewek dengan terengah-engah memberi petunjuk pada si cowok yang tidak bisa mendengar teriakan itu.

Sementara si cowok terus untuk berusaha berenang lebih ke tepi, dan kelihatan tidak faham mengapa temannya si cewek itu malah berenang menuju ke tengah laut, padahal angin dan ombak semakin meninggi. Wajah mereka bahkan sangat perih setiap ombak secara bergantian menampar. Kerongkongan mereka juga terasa seperti karet karena kehausan.

˝Jangan berenang dimana ombak terpecah! Kita harus ke tengah!... ˝ Jerit si cewek itu.

˝Apa?...˝

˝Jangan di tempat ombak terpecah!... Kita bisa tergulung ombaaakk... Ke tengaaah!!!˝ Teriak cewek itu lagi, sambil berusaha memberi tanda kepada si cowok agar mengikutinya.
---------------------------
Cut!
Jika ada diantara sahabat Pembaca yang kebetulan mengalami situasi ini, jangan panik! Jagalah nafas Anda dengan tidak begitu saja berontak melawan arus dan ombak. Kemudian mengingat untuk menghindari tempat dimana ombak itu terpecah. Berenanglah lebih ke tengah lautan dengan mengikuti tempo ayunan ombak dan berusahalah melewati garis pecahan ombak tersebut.

Garis ombak terpecah, maksudnya adalah dimana ombak itu menggulung. Jika Anda pernah melihat Peselancar, mereka menunggangi garis ombak terpecah ini. Garis itulah yang harus Anda lewati.

Karena jika posisi Anda dalam jangkauan gulungan ombak tersebut, maka Anda bisa ikut tergulung. Di garis ombak terpecah itu, tubuh Anda dengan mudah akan ikut tergulung, lalu dihempaskan ke dasar pantai yang -bukan tidak mungkin- berisi batu-batu karang. Jadi bayangkan apa jadinya jika kepala Anda yang dibenturkan dengan karang, lalu kehilangan kesadaran?
Berenanglah ke tengah hingga mencapai posisi paralel dengan pantai berpasir.

Catatan: Kedua orang itu berenang dengan meloncat dari tebing.
--------------------------
Action!
Si cowok tidak bisa mendengar, karena ombak kembali menghajar wajahnya tanpa ampun. Dia juga tidak melihat tanda itu karena selain gelap, sebuah ombak menghalangi pandangannya.

Tak jauh dari situ, sepotong kayu besar berukuran panjang kira-kira enam meter dengan diameter 2,5 meter sedang diayun-ayunkan ombak menuju ke arah mereka.

Tiba-tiba hamparan image tentang kedua orang yang sedang bergelut dengan ombak itu menghilang. Lalu, digantikan oleh seekor kucing berwarna hitam putih berlarian di bibir pantai memandangi dua orang yang tadinya berjuang melawan maut, sementara berlari pelan-pelan meniru gaya slow-motion ke arah masing-masing, mirip dengan film-film India, itu lho... Selanjutnya, mereka berpelukan, dan sang cowok berlutut di hadapan cewek itu.

´Aaauuuchhh...sialan!...˝ Tiba tiba PatanYali meringis, saat dia kembali ke dalam dimensi ke 3 dengan posisi tertelungkup, dimana wajahnya persis mendarat diatas semak belukar tumbuhan Kopriva! Daun-daun itu tak ayal lagi mengampelas wajahnya hingga kemerahan.

PatanYali meraung-raung kesakitan memegangi wajahnya, juga beberapa lembar daun itu terselip dibalik baju sehingga tubuhnya juga ikut kemasukan dedaunan itu.

Kopriva adalah jenis dedaunan yang tumbuh secara liar di hutan-hutan, yang jika tersentuh oleh kulit, maka bukan main perihnya. Namun daun jenis ini sangat menyehatkan dan menjernihkan fikiran jika diminum dalam bentuk teh. Juga digunakan sebagai bahan penyemprot hama untuk berbagai jenis tanaman bunga.

˝Hehehehe...Haha... Hihihi... Gua bilang ikuti saya!˝ Suara cempreng bak kaleng pecah milik si kambing itu terdengar lagi, ketika PatanYali jumpalitan mengerang menahan keperihan.

Lalu, PatanYali kembali terayun-ayun... Terlintas wajah seorang cewek, mirip dengan yang bertarung melawan ombak itu sedangkan seekor kucing kecil berwarna hitam putih berada dalam telapak tangannya.

Akhirnya, PatanYali ´mendarat´ di sebuah tempat tidur, dalam sebuah hotel!

˝Mimpikah, saya?...˝ Itulah yang pertama-tama ada dalam benak PatanYali, terbaring di atas ranjang empuk, sambil mengusap-usap matanya. Wajah dan beberapa bagian tubuhnya terasa agak perih.

Di luar jendela, nampak reruntuhan dan kerangka patung kambing raksasa yang masih berasap. Yup! PatanYali akhirnya ´pasrah´ bahwa dia kini ada di Gävle! Kerlap kerlip lampu-lampu dan pohon-pohon pinus yang dipenuhi hiasan perayaan Natal, menunjukkan saat itu bulan Desember, tak jelas tahun berapa. Yang jelas, kambing sialan itu, menang!

˝Cermin itu!...Mana cermin itu?˝ PatanYali tiba-tiba teringat sepotong cermin yang ukurannya sebesar kantong baju. Dia segera meremas-remas semua kantong yang ada padanya, kiri dan kanan, juga kantong celananya. Cermin itu tak ada lagi…

˝Kambing sialan… Dimana kau sekarang? Apa sih maumu, kambing jelek?˝

Tak ada suara… Hanya terdengar kumpulan orang-orang di luar sedang berkumpul di reruntuhan kerangka patung kambing raksasa itu.

Dalam ruangan tersebut, dan juga di toilet kamar hotel itu, sesungguhnya ada beberapa buah cermin. Tetapi PatanYali tidak pernah mau repot-repot untuk bercermin. Dia terlalu sombong dan percaya diri akan keatletisan dan tampangnya (yang sesungguhnya tak pernah dilihatnya sendiri.) Rambutnya dibiarkan tumbuh tergerai sebahu acak-acakan hanya diikat seadanya. Apalagi bukan jenis cermin itu yang dicarinya, tetapi sebuah cermin yang -kata si kambing- adalah bagian kecil dari denah Taman Jezera!

˝Di ranselku!...˝ Tiba-tiba -sebagai harapan terakhir- dia mengharapkan cermin tersebut ada tersimpan dalam ranselnya. Tangannya merogoh ransel berwarna cream yang terisi beberapa lembar baju, laptop, buku dan alat tulis seadanya. Tak ada lempengan pipih bulat!
Tetapi tangannya kini malahan menyentuh sebuah benda pipih yg bulat, dan ternyata sebuah vcd.

Secepatnya dia menarik lempengan tersebut, lalu membaca sebuah kalimat, tertulis pada sticker yang melekat pada vcd tersebut: ˝Renovasilah simbol cinta itu!˝. Lalu di bagian bawahnya ada tulisan ˝Dari temanmu, si kambing jelek… Hehehe! Rasain lu, salam dari daun Kopriva! ˝

˝Sialan lu, kambing jelek!˝

Ogah-ogahan PatanYali kemudian menarik laptopnya dan memasang vcd itu. Beberapa saat kemudian, di layar monitor terpampang seseorang yang sedang di wawancarai oleh dua ekor monyet. Dan anehnya! Orang itu di bahu kanannya juga mempunyai tattoo yang persis sama di bahu kanan PatanYali!

˝Mengapa kau tak hadir dalam kumpulan ribuan orang di pinggir pantai Losari? Bukankah acara itu adalah konsepmu?˝ Tanya seekor monyet.

˝Biarlah orang-orang yang suka berbicara yang tampil di media, menjelaskan apa dan bagaimana maksud acara itu… Saya sendiri sedang mempersiapkan sebuah tulisan dengan tokoh cerita yang tidak mempunyai bayangan setiap kali dia bercermin! Tetapi kemana-mana tokoh dalam cerita itu membawa cermin, seukuran kantongnya. Yang -mungkin- bagi Filsuf, Sosiolog, Psikolog maupun Budayawan akademistik tak begitu senang jika bercermin pada cermin kecil itu.˝

Lelaki itu terdiam sejenak, kemudian melanjutkan, ˝Jika saya tampil di media pada setiap program yang saya desain, maka ´makhluk´ dalam cerita saya menjadi tidak relevan. Kumpulan cerita ini telah saya patenkan di Negara lain. ˝ Jawab lelaki bertattoo itu.

˝Tapi, penjelasan yang diberikan salah seorang tokoh masyarakat, ternyata salah?˝ Sang monyet nampak menggaruk-garuk kepala.

PatanYali terperangah! Selama ini dia memang tak pernah mau repot-repot bercermin! Karena, setiap dia bercermin, dia tak pernah melihat bayangannya sendiri di cermin tersebut! PatanYali adalah makhluk yang tidak mempunyai bayangan pada cermin!

˝Kenapa, menjadi cacat? Apa hubungannya?˝ Tanya monyet yang kedua.

˝Jika penjelasan dari tokoh yang namanya mau nangkring di media itu salah, biarkan saja. Bagi saya, itu tidak penting… Karena saya memang sedang membangun cerita itu berdasarkan ´proyeksi´ dari apa yang saya lakukan saat ini… Dan mengapa saya tak mau muncul di depan kamera televisi, karena televisi, pc, laptop, blog, milis adalah termasuk yang saya transformasikan sebagai salah satu ´cermin´… Kalian akan lihat bahwa apa yang sedang terjadi dengan ribuan orang itu, akan menjadi refleksi di salah satu surat khabar Nasional, beberapa tahun kemudian.˝ Orang itu berhenti sejenak, siapa tahu monyet-monyet itu ada pertanyaan. Lalu melanjutkan,

˝ Jadi ´makhluk´ yang saya bangun dan tak punya bayangan setiap kali dia bercermin itu adalah sejenis makhluk yang bisa saya perintahkan untuk menjelajahi waktu…˝ Orang itu menjelaskan panjang lebar kepada monyet-monyet yang tentu saja kebingungan mendengar uraian tersebut.

˝ Sekarang, yg bisa saya lakukan adalah mencoba membangun berbagai ˝proyeksi˝ (cermin) dgn cara ˝bermain-main,˝ sambil melakukan berbagai falsifikasi-falsifikasi, diantaranya dengan mempermainkan ˝kata-kata˝ (sebagai kutukata) Baik melalui ˝game of mind˝ maupun melalui ˝virus of mind˝... Mungkin bagi beberapa kalangan (pengajar, teoritist filsafat-sosial-budaya akademistik, bahkan -ada diantaranya- psikolog) tidak akan senang jika berkaca pada ´cermin´ yang dikantongi oleh PatanYali. Makhluk imajiner yg saya ciptakan -melalui teori ˝piranti keterwujudan˝ dalam perspektif ´sains´- dalam tulisan-tulisan ˝al-Capuccino˝.

˝Makhluk˝ (PatanYali) ini, saya terus kembangkan dalam menunggangi ´open source´, melalui berbagai permainan simbol-simbol, termasuk penulisan huruf ˝Y˝ dgn kapital, itu punya maksud yang dikaitkan kedalam pendefinisian ´manusia´ pada zaman ancient Greek.˝

˝Mengapa demikian? Kamu ini aneh…˝ Sergah si monyet.

˝Jika orang-orang menonton film, yang mereka lihat adalah layarnya…cermin! Tetapi adakah layar itu bergerak dan hidup tanpa bantuan proyektor, yang memproyeksikan gambar-gambar di layar itu?... Jadi ibarat film, saya lebih senang menjadi Proyektor!˝

˝Tetapi, bukankah spesiesmu adalah sejenis makhluk yang keranjingan untuk disorot kamera?...˝

˝Haha…saya juga keranjingan untuk disorot kamera, tetapi hanya untuk koleksi pribadi… Dan semua koleksi gambar itu hanya akan menjadi proyeksi dari tulisan-tulisan yang saya bangun… ˝ Jawab orang itu terkekeh dengan senyum sombong menatap kedua monyet-monyet tersebut.

PatanYali hanya melongo memandangi layar monitor laptopnya. Fikirannya semakin bonyok dengan daftar pesanan dan menu milik ´pihak lain´. Keinginan si kambing membawanya ke Gävle. Patung kambing raksasa terbakar, dan lalu mengapa Swedia?

Belum lagi, keinginan orang itu menuliskan ´proyeksi´nya terhadap ´realitas´ PatanYali, yang tidak punya bayangan dalam cermin. Bangsat benar orang itu!
Mungkinkah orang itu adalah orang sama yang menulis setiap jengkal aktifitasnya? Semua teka-teki yang ditulisnya dalam tattoo dia, dan milik saya? Dan? Ah ya, ada pula ˝merenovasi simbol cinta˝ segala…

Cinta? Komoditi yang sangat laku dijual! Lihatlah! Dengarlah, semua menyebut ´benda´ aneh itu. Mereka, seperti sedang berlari dari sesuatu, hilang arah dan memungut kalimat ´cinta˝ itu sebagai pelarian mereka! Demikian teriak PatanYali sekeras-kerasnya.
Padahal dia sendiri punya agenda yang sangat jelas: Menemukan Vuk dan serpihan denah Taman Jezera… Dan -tentu saja- cermin seukuran kantong, sialan itu!

PatanYali mencermati kalimat-kalimat selanjutnya, ˝Coretan terakhir yang saya tulis, dia sedang berada di Swedia dan sebentar lagi ketemu dengan salah seorang kawannya yang terdampar di Planet Ki…˝

˝Krrinnggg…˝ Tiba-tiba telpon di meja samping tempat tidurnya berdering.

˝Ada yang menunggu Anda di café Moj, Pak Jura.˝ (Baca: Yura)

˝Siapa pula Pak Jura?... Akukah?˝ PatanYali melongo...

PatanYali turun menuju ruang cafe ´Moj´ di lobby hotel tersebut, menemui orang yang menunggunya.

Alunan lagu ´Dance Me to the End of Love´ milik Leonard Cohen mengalun lembut. Di sebuah sudut persis di depan sebuah gambar perahu antik, seorang cewek yang mirip dengan lintasan gambar ketika dalam ayunan ´angin sang waktu´ memegang seekor kucing dan cewek yang sama bertarung melawan ombak.

Siapa pula cewek ini?... Apa hubungannya dengan semua ´daftar menu´ yang ada padanya? Segalanya seperti kilasan deja vu baginya.

˝Pak Jura The Bogeyman! Perkenalkan saya Ana. Anda mencari cermin itu bukan? Saya akan memberikannya langsung padamu, dengan catatan kamu akan berpetualang di sini menyelesaikan beberapa soal.
Setelahnya kamu baru bisa merenovasi simbol cinta itu... ˝ Sebelum cewek itu menyelesaikan kalimatnya, PatanYali menyela,

˝Saya belum menjawab dengan tuntas pertanyaan Foreigner yang bertanya padaku ´I want to know what love is´... Lalu, mengapa sekarang malah... Ah ya, apa maksudmu dengan Bogeyman?˝

˝Di Sweden ini, warna kulitmu paling gelap. Orang-orang Sweden mempunyai istilah The Bogeyman untuk Svarta mannenSvarta mannen Artinya ´orang gelap´… Daratan Eropa mengenal luas term Bogeyman untuk menggambarkan sosok menakutkan yang tidak berwujud. Mitos yang dikembangkan oleh para Pelaut Spanyol dan Perancis era Kolonial dahulu kala… Sementara kamu berasal dari tempat dimana term The Bogeyman berawal… Bugis! ˝

PatanYali berfikir sejenak, mengingat-ingat salah satu kalimat yang diucapkan oleh lelaki bertattoo… ˝ Makhluk ini tak punya bayangan…˝ …

Apakah artinya, PatanYali tidak eksis di dunia dimana lelaki bertattoo itu berada?... Dirinya tak lebih dari cerita dalam lakon orang itu, yang melemparnya kesana-kemari? PatanYali hanya mitos, belaka? Lalu, dimana lelaki itu sekarang?...˝

Lamunannya terusik…

˝ Sssttt, syaratnya, setelah dari sini, melakukan hal-hal yang perlu. Lalu, kamu harus menuju ke sebuah desa bernama Kumrovec (Kumrovets)... Di sanalah cermin itu saya berikan padamu... Ah ya, soal cermin itu, sayalah pemiliknya... ˝ Kata cewek manis itu sambil tersenyum.

˝... Tulaliit...Tulaliitt...˝ Begitu kira-kira bunyi isi kepala PatanYali...

Bersambung
----------------------
Tanggapan Pembaca (dari berbagai forum online)
C. Istiani (Psikolog, di milis Psikologi Transformatif)
Salam kenal..> Pasti banyak yang baca..paling tidak gw..dah pada bosen tau yang isinya cuma kata-kata indah bak mutiara..
-----------------------
Sisca (Menyebut dirinya sbg: ´Sahabat Filsafat,´ di milis Psikologi Transformatif)
Nah, tuh, CI juga mendukung, horeee...kita tunggu buku nya...
-----------------------
Ririn (BlogFam)
Kalau jadi novel kirim aja ke gagas..tuh gagas lagi butuh naskah fantasy lit..naskah2 yang sifatnya fantasy alias gak masuk akal :-)
-----------------------
Tanggapan Umum Pembaca (Atas Tulisan-Tulisan Dalam ´Kopitalisme´)
Ms. Teewoel:
Bangkit dan Bergeraklah! Bersama Bentuk Keadaban Publik Baru Bangsa! Klik disini

Ms. Lianny Hendranata (Psikolog):
ERA INFORMASI sudah hampir lewat. ERA INSPIRASI baru memulainya. Orang “buta huruf “ di-era globalisasi... Klik disini.

Mr. Michael Gumelar:
Untuk memulai suatu ilmu baru memang harus adapengalaman-pengalaman, dari pengalaman timbulanalisa-analisa, dari analisa timbul ide creativeuntuk mencari solusi dari permasalahan yang muncul,itu juga bagian dari "WE ARE THE CREATIVE TRUTH!" Klik disini

Fangkuang Tzu:
Anda sebenarnya sudah mengenal TAO... Karena
anda berusaha memasuki "Kebebasan Spiritual Universal " atau kalaupun dalam beragama, adalah Kebebasan dalam agama ( murni ). Inilah titik terang " The Way". (Agama vs Science)

Van Helsing:
Btw, Bro Seks_Peare Bin Stalon (maestro dari Das Kopitalisme) kaya
akan ide ide nyentrik yg bisa anda click diweb,-nya, bagiku dia adalah salah satu
anak muda yg kreatif dalam berfikir dan mencari terobosanpemikiran2 yg kadang
tidak terjangkau orang, banyak idenya yg orisinil dan menggelitik kita untuk
berfikir lebih dalam untuk bisa memahami apa dan kemana arah pemikirannya.
(Apakabar/Olalala!! Tega-teganya untuk menjiplak pemikiran orang/1
Nov 2006)

Arnold:
Jaman dahulu saja ada yang bisa mengarang, antara lain, "injil barnabas" walau tidak bermutu, bagaimana dengan jaman sekarang? Apalagi segala data dan informasi gampang sekali diakses untuk membuat suatu karangan atau teori "konspirasi"...Saking bagusnya dikarang sehingga seolah-olah "asli" dan repotnya ada pembaca yg lugu dan dengan polosnya menyerap mentah-mentah...Saya yakin banyak anggota milis ini yang bisa buat karangan-karangan atau teori-teori yang setara dengan Da Vinci Code, seperti Bung Sekspeare yang cerdas... /Yudas Itu Pahlawan atau Penghianat/Zamanku/9 January 2006

Djajaprana:
Keberpihakan berarti melibatkan diri pada kubu tertentu dan
membatasi sudut pandang. Jadi cukup menarik bila kopitalisme bisa steril dari
keberpihakan sehingga sudut pandangnya jadi komprehensif. Apalagi kalau bisa
disajikan secara humor karikatural, perlu dibaca dan enak. /Lennon & Lenin/ FPK / 11 Aug 2006

Anwar Haryono:
Dalam tataran yang lebih dalam ini, seringkali materi ide malah ndak penting lagi, cara penyampaian, sikap dsb-lah yang menentukan gerakan pertukaran energy, dan sikap kita sendiri akan menentukan arah perkembangan jiwa kita. Ya kira2 seperti baceman standard Manuskrip Celestine-lah

... Alih2 menginjekasikan idenya secara frontal face to face dan membentur batu, beliau senang memancing lawan untuk maju terus untuk kemudian bergerak memutar kebelakang jalur ide lawan, memutus jalur supply bangunan argument dari induknya, untuk kemudian bergerak menghancurkan bangunan logika induknya /Kemandirian
Berfikir/Psikologi Transformatif/19 Nov 2006

Hasan Zein Mahmud:
Biasanya tulisan Anda penuh perenungan. Sarat dengan sains dan filsafat. Ternyata Anda bisa juga menulis features dengan bahasa yang straightforward tak terlalu berbumbu. Saya menikmatinya.

Anda mengingatkan saya pada Shindunata, penulis features yang saya kagumi.
(al Caouccino: The Survivors/Apakabar/18 Dec 2006)
Selengkapnya di situs http://kopitalisme.tk